Halaman

Jumat, 20 Juni 2014

"Cinta itu Memang Buta"

Pernah dengar gombalan seperti begini :

Cewek  : (pake baju hitam)
Cowok  : hai cewek, kamu cantik deh pakai baju merah.
Cewek   : hhheee?? Saya kan pakai baju warna hitam. Buta warna ya (senyum nyengir)
Cowok  : ternyata benar cinta itu buta, ya. Aku sampai ga bisa membedakan warna baju kamu.
#cuit-cuit...............

Itulah sepenggalan gombalan cinta buta.

Memang cinta itu buta. Bebas logika. Yang diandalkan hanya perasaan saja. Makanya banyak orang yang jatuh karena cinta.. *asikk..

Tapi saya tidak akan membahas cinta buta menurut sastra atau istilah-istilah lain. Saya mau membahas tentang cinta buta menurut hukum.

Pasti tahu ya, kalau di Indonesia, kita memakai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau singkatnya disebut KUHPerdata.
Lantas apa hubungannya cinta dengan KUHPerdata? Menurut saya masih ada hubungannya sedikit.

Saya awali dengan umur yang diperbolehkan untuk menikah menurut KUHPer ya.

Dalam KUHPer diatur, bahwa untuk melakukan pernikahan seorang laki-laki harus berumur 18 (delapan belas) tahun dan seorang wanita berumur 15 (lima belas) tahun, pasal 29 KUHPerdata.

Umur yang relatif muda untuk menikah ya.

Namun di pasal lain dalam KUHPerdata disebutkan, orang dianggap dewasa atau cakap hukum adalah orang yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau yang sudah menikah.

Lantas mengapa satu aturan tersebut mengatur umur yang berbeda? Kenapa ga dibuat saja, untuk melakukan pernikahan seorang pria atau wanita harus berumur 21 tahun saja? Saat mereka dianggap dewasa menurut hukum. Toh pernikahan termasuk dalam peristiwa hukum.

Saya akan mencoba memberikan penjelasannya.

Kenapa KUHPerdata mengatur seorang dianggap dewasa atau cakap hukum saat berumur 21 tahun? Karena dianggap orang yang sudah berumur 21 tahun dapat membedakan resiko untung rugi. Pola pikirnya sudah lebih matang, sudah banyak hal yang dilalui, dan diharapkan tingkat pendidikannya juga sudah tinggi.
Dan berbicara mengenai hukum perdata, kebanyakan adalah mengenai untung dan rugi saja.
Selain itu bicara bisnis juga adalah bicara mengenai untung rugi. Sehingga, Hukum perdata menganggap orang yang sudah berumur 21 tahun sudah matang pemikirannya jadi dapat membuat keputusan tentang untung dan rugi dan sudah memahami hukum itu sendiri.
Sepertinya itulah alasan dewasa menurut Perdata harus berumur 21 tahun.

Lalu mengapa menikah hanya perlu umur 18 tahun untuk laki-laki dan 15 tahun untuk wanita?
Karena menikah tidak melihat untung dan rugi tapi hanya didasarkan pada perasaan. Perasaan yang namanya cinta. Yang terjadi dikarenakan reaksi hormonal dalam tubuh.
Karena itulah orang menganggap bahwa cinta itu buta. Buta untuk membedakan untung dan rugi. Sehingga cukuplah kalau mau menikah (asal sudah akhil baliq) dengan batasan umur 18 tahun untuk laki-laki dan 15 tahun untuk wanita.

Memang cinta itu buta..
 

Rabu, 11 Juni 2014

Tertawa bersama Tuhan

Tuhan itu punya selera humor...

Bahkan untuk kita yang sedang punya masalah


Saya berkesimpulan seperti ini dikarenakan beberapa masalah yang akhir-akhir ini yang sedang rajin-rajinnya datang. Mulai dari keadaan adik saya yang dua kali kemalingan dan kehilangan laptop, saya yang dikecewakan seseorang (bagian tersedih), tugas kuliah yang acak kadul, masalah rumah di bekasi yang ga selesai-selesai dan masih banyak lagi :(

Bukan saya saja yang sedang menghadapi banyak permasalahan, beberapa teman juga ikut berbagi keluh kesah masalahnya masing-masing. Lah.. saya butuh penguatan dari mereka, mereka malah butuh penguatan dari saya.
Jadilah orang lemah menguatkan yang lemah juga.

2 bulan semuanya berasa up and down. Berusaha bangkit tapi akhirnya jatuh lagi.
Saya tidak tahu apa yang bisa menguatkan saya disituasi sulit.
Sampai akhirnya saya berkaca ke permasalahan masa lalu, mencari penguatan dan yakin bahwa di masa lalu Tuhan masih menolong dan untuk masa sekarang Tuhan juga tetap menolong.
Permasalahan yang menurut saya berat untuk saat itu.

Waktu saya ikut medical check-up sebagai syarat lulus di salah satu perusahaan dan disuruh med-check ulang untuk melakukan mamografi diduga ada benjolan yang dikhawatirkan tumor.
Saat itu rasanya sedih ga karuan. Sudah berharap mati saja. Karena kalau terbukti ada tumor di payudara, berarti saya ga lulus di perusahaan tersebut dan divonis menderita tumor adalah hal yang berat.
Semalaman saya menangis dan berdoa berharap ada mujizat terjadi.
Dan saat itulah saya benar-benar berserah sepenuhnya kepada Tuhan.
Tapi saya sempat bimbang juga. Bagaimana seandainya saya memang sakit? Bagaimana kalau saya tidak lulus? Bagaimana kalau Tuhan bilang tidak atas permohonan saya?
Sampai disatu titik, saya pasrah dan berserah sepenuhnya.
Dan sampailah pada kesimpulan saya :

"Tuhan itu memang tahu yang terbaik buat kita, ciptaanNya. Kalau memang saya saat ini harus sakit, pasti Tuhan tahu kalau saya kuat untuk menanggungnya dan Dia sudah menyiapkan jalan keluar terbaik. Dia adalah Tuhan yang menyediakan apa yang perlu untuk ciptaanNya.
Atau Tuhan benar-benar berkuasa dan dia bisa menyembuhkan dan bahkan meluluskan saya."

Waktu itu saya check up ulang dan mengikuti mamografi yang disarankan.
Saya hanya bisa berdoa saja, berharap yang terbaik dari Tuhan.

Selesai pemeriksaan, dokter memberikan hasilnya dan Puji Tuhan dokternya bilang kalau saya sehat, tidak ada tanda-tanda penyakit atau benjolan yang berujung tumor. Itu hanya reaksi hormon yang biasa terjadi untuk beberapa wanita.

Dan hingga hari ini, semua sehat.
Bahkan saya sudah medical check up tahunan juga tidak ada tanda-tanda tumor sama sekali.
Puji Tuhan masih dikasih sehat dan saya lulus di perusahaan itu
Mujizat itu masih ada.

Saya lega dan bisa tertawa. Saya hanya bergumam dalam doa, "Tuhan, Kamu lucu :) "
Atau bisa dibilang jahil.
Tapi saya bisa melewatinya dan bisa berkata : Terima kasih, Tuhan untuk selalu ada memberikan yang terbaik.

Dan saat ini juga, saat semua masalah berat terjadi, saya berkaca dikejadian saat itu.
Saya bisa melewatinya bersama Tuhan dan akan menyelesaikannya dengan senyuman.
Menganggap semua masalah hanya sebagai lelucon saja.
Karena Tuhan memang punya selera humor.


"Ketika Tuhan memberi kita rasa sakit, Dia tahu kita mampu untuk kuat.
Ketika Tuhan memberi kita rasa sedih, Dia menyiapkan kita untuk rasa bahagia.
Ketika Tuhan memberi kita rasa marah, Dia sedang melatih kita lebih sabar.
Ah.. Tuhan, cara Mu memang unik namun selalu menenagkan."
- Fu & Canun-


 

Rabu, 21 Mei 2014

Kotak Surat Masa Depan

Terinspirasi gambar ini :





saya tiba-tiba punya ide untuk membuat email yang bisa dibaca di masa depan.

Email yang akan menceritakan perjalanan saya sampai nantinya bisa dibaca oleh keluarga atau anak saya di masa depan.

Untuk membuat sebuah ide atau hal baru, pastinya tidak akan lepas dari perhitungan atau perkiraan.
Baiklah begini perkiraan saya :

Mengingat teknologi akan selalu berkembang, maka sempat terlintas kira-kira email ini bisa bertahan berapa lama?
Oke mari kita hitung-hitung. Awal saya mengenal email waktu saya di bangku SMP dan itu sekitar 13 tahun yang lalu dan hingga sekarang email masih tetap dipakai. Bisa saja ada bentuk lain dari email di masa yang akan datang. Kalaupun hal itu terjadi, semoga saya masih sehat dan masih bisa memindahkan isi email tersebut ke bentuk yang paling canggih tersebut.

Selain itu untuk mengantisipasinya, selain membuat dalam bentuk email, saya akan menulis setiap perjalanan atau informasi yang ingin saya bagikan di masa depan dalam bentuk notes. jadi kemana-mana saya akan membawa notes kecil yang bisa saya tulisi yang juga cikal bakal tulisan saya nantinya di dalam email.

Inilah email saya untuk masa depan :

kotaksurat.masadepan@gmail.com

Hanya saya yang tahu passwordnya. Jadi email tersebut akan saya kirimin surat yang berisi cerita-cerita saya dimasa sekarang, mulai dari tempat-tempat yang saya kunjungi, berisi foto-foto, video, masalah pekerjaan, perasaan saya saat itu, sekedar menulis kata-kata mutiara yang mungkin saja terlintas atau bercerita tentang kalian, orang-orang dan sahabat yang saya temui yang masuk dalam lingkaran saya.

Bagi teman-teman yang mau berbagi cerita tentang saya, monggo silahkan bisa mengirimkan email.

Atau teman-teman bisa membuat kotak surat teman-teman sendiri yang akan dishare buat orang-orang yang berarti di masa depan.


 

Senin, 02 Juli 2012

Sudah Juli... (bagaimana dengan resolusi 2012?)

2012 adalah tahun yang menyenangkan bagi saya.
Kerja di BUMN, bagaikan seluruh impian menjadi nyata.

Kesenangan itu tidak saya lewatkan begitu saja. Saya komitmen untuk menjalani tahun 2012 jauh lebih baik oleh karena itu saya butuh resolusi untuk saya jalani di tahun 2012.

Resolusi itu saya tulis bulan November 2011 menjelang Natal. Tapi sekarang sudah Juli dan saya belum melakukan banyak terhadap resolusi saya. Resolusi saya hanya jadi data yang tersimpan dalam memopad di Blackberry. Sedang teringat akan resolusi. Maka sebelum berakhir tahun 2012 dan mengingat sekarang sudah Juli, saya ingin mengetik ulang resolusi tahun 2012, agar saya ingat dan dijalankan dengan baik.

Begini kira-kira isi resolusi dalam notes blackberry saya :

Menjelang natal di Gereja saya diingatkan tentang berkat Tuhan sepanjang tahun 2011. Kalau dipikirkan sangat banyak hal yang sudah didapatkan. Tidak cukup 1 buku tulis sidu isi 100 lembar untuk menuliskannya.
Kalau menurut kalian direkam saja, maka tidak cukup 100 keping VCD untuk mengabadikannya (lebay mode on)
Tahun 2011 banyak berkat yang ku dapat, bukan berarti tahun 2010 tidak banyak berkat ya.
Berkat luar biasa yang ku dapat adalah bisa lulus di perusahaan migas nasional.
Sesuatu yang luar biasa yang bisa kudapatkan. Semata-mata terjadi karena anugerah Tuhan saja.
Tinggal satu bulan lagi akan mengakhiri tahun ini.  Tidak ingin sama seperti tahun-tahun yang lalu dimana aku tidak pernah menyusun resolusi, maka tahun depan aku aku ingin berubah, menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih disiplin.
Resolusi akan ku susun dengan baik dan kalau ada yang gagal akan diberi hukuman. Hukuman hanya untuk memberi efek jera bagiku karena aku sada aku lemah dan terkesan "hot-hot taik chicken" alias panas-panas taik ayam.
 Aku mulai resolusi ku : dari waktu. Aku akan lebih disiplin dengan waktu.
1.  Membaca buku minimal 1 jam sehari dengan total buku yang dibaca 7 buku selama 1 bulan, dengan kriteria buku minimal 2 buku hukum.
2.  Saat teduh atau baca renungan setiap subuh (kira-kira jam 5) minimal 30 menit. Semata-mata untuk menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan.
3.  Setiap kali janji bertemu dengan teman atau siapapun minimal 10 menit sebelum jadwal sudah harus hadir di tempat.
Hanya sedikit resolusi yang ku buat dan sekarang sudah Juli namun dari semua resolusi itu baru yang nomor 2 yang dilakukan sesekali. Huuh... orang macam mana aku ini? Bagaimana dengan hukumannya? 
Karena saya orang yang pemaaf, maka terhadap kegalalan resolusi itu saya memaafkan diri saya saja. 


Untunglah diingatkan kembali dari memopad blackberry. Belum terlambat untuk melakukan resolusi dan menambahkan beberapa lagi dalam resolusiku.


Maka inilah tambahan resolusiku untuk tahun 2012 :
1. Mengurangi intensitas menggosipkan orang lain karena memang tidak ada untungnya. 
2. menyisihkan 1/10 gaji bukan untuk diri sendiri
3.  Mengingat moment penempatan wilayah kerja sudah dekat, maka pelayanan menjadi resolusi tahun 2012 juga. Di kota manapun akan ditempatkan, aku harus menjadi guru sekolah minggu lagi. Melayani Tuhan melalui anak-anak kecil ^_^. Hal yang sudah lama ku rindukan.

Mengawali bulan Juli dengan resolusi tengah tahun tidak masalah. Yang penting tetap semangat. Tidak ada kata terlambat untuk mengubah diri menjadi lebih baik dan dipakai untuk kemuliaan Tuhan.



Semoga langkahnya dipermudah di tahun 2012 ini.




Kamis, 28 Juni 2012

Tentang Uang

Kali ini saya ingin membahas tentang uang.
Bukan karena saya orang paling kaya yang berlebihan uang dan bukan pula karena saya orang miskin yang tak beruang setiap saat (karena biasanya diakhir bulan saya masih sering gak punya uang, makanya bukan setiap saat)
Diawali dengan pengalaman saya waktu kuliah sebagai anak kos-kosan dengan uang yang pas-pasan. Uang bulanan yang saya terima Rp500.000/bulan, untuk ongkos, uang makan, dll diluar biaya kosan karena uang kosan biasanya dibayarkan setahun.
Untungnya saya dapat beasiswa selama saya kuliah. Meskipun pembayaran beasiswa tersebut tersendat-sendat, tapi lumayan untuk nambah beli buku, makan di warung steak dan tempat nongkrong lainnya, buat gaya-gayaan ke salon dan gaya-gayaan anak kuliah dengan uang pas-pasan lainnya.
Dengan adanya beasiswa dan uang bulanan bukan berarti saya tidak terlepas dari keadaan krisis. Sering pencairan beasiswa terlambat atau kadang uang bulanan juga terlambat ditransfer, dalam keadaan seperti itu biasanya saya mengutang ke teman-teman yang punya uang bulanan lebih banyak.
Teman-teman kuliah sekaligus teman lingkungan kos-kosan saya lah yang sangat membantu saya dalam keadaan-keadaan sulit.
----

Memasuki dunia kerja, kejadian-kejadian seperti itu masih sering saya alami. Terlepas dari borosnya saya atau mungkin karena gaji saya masih kecil, keadaan kurang itu pun masih sering saya alami (semoga setelah kenaikan gaji nanti saya sudah bisa lebih baik).
Tak jarang saya masih beberapa kali meminta bantuan kepada beberapa teman. Dari beberapa teman itu saya menyimpulkan beberapa karekter teman yang harus diketahui sebelum meminjam uang :

Orang yang tulus, ciri-cirinya :


Dia akan membantu kita semampu dia.
Kalau lagi tidak punya uang cukup, biasanya dia memberi kita seberapa yang dia punya.
Seringkali dia lupa berapa jumlah hutang orang tersebut
Sebelum memberi uang, biasanya dia juga akan mendengarkan curhatan hati kita saat kurang uang


Orang yang pelit, ciri-cirinya :


Saat kita meminjam uang darinya biasanya dia akan bilang gak punya uang (padahal gajinya bisa hampir 10   juta)Biasanya jawabannya seperti ini :
sorry von, aku juga lagi sekarat, uangku ga ada (padahal gajinya 15juta sebulan karena bekerja di perusahaan minyak asing)
Kalau dia memberikan pinjaman, biasanya dia akan menagih dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya dan hampir menerorRp10.000 saja kita kurang membayar, biasanya dia akan tetap menghitung dan menagihkan kepada kita, dengan omongan seperti ini :
“eh, teringatnya Rp10.000 lagi belum kau kasih ya kemaren, von?
Kalau kita membayar lebih, biasanya dia tidak akan mengingat untuk memberikan kembaliannya kepada kita. Mungkin dalam hatinya, lumayan dapat tambahan bunga. 
Orang yang membantu dan suka mengungkit-ungkit kebaikannya, ciri-cirinya :
Seringkali dia mengungkit kebaikannya saat berkumpul dengan teman-teman. kalau sudah pernah ketemu orang seperti ini jangan pernah lagi meminjam uang kepadanya atau akan makan hati (minumnya tetap teh botol sosro)
Saat kita memakai uangnya pasti dia akan berkata : eh, von bukunya kau beli pake uang ku bukan?”, perkataan itu akan dikeluarkan di depan orang banyak.
Atau sambil bercanda dengan teman, dia akan menyelipkan kata-kata perihal hutang kita. Contohnya : “eh von, utangmu kapan mau kau bayar?”
Pokoknya akan mengeluarkan kata-kata yang akan memalukan kita atau meninggikan dia di depan umum.
Melihat keadaan-keadaan seperti itu, membuat saya mengambil sikap. Belajar untuk memiliki sikap yang baik dan tulus saat memberi pinjaman, saat saya memiliki uang yang banyak, saat teman benar-benar membutuhkan bantuan. Tidak membuat teman yang lagi berhutang menjadi malu, tidak mengungkit-ungkit pemberian, ya secara keseluruhan benar-benar tulus untuk memberikan yang terbaik buat teman. Karena terkadang teman juga malu untuk berhutang, tapi ya terpaksa demi kelangsungan hajat hidup.
Pada dasarnya uang hanya titipan. Kalau kita dikasih lebih, berarti harus memberi kepada yang kekurangan. Kalau kita dikasih kurang, masih bisa dibantu oleh teman yang lebih hanya asalkan jangan lupa membayar. Selain itu, usahakan untuk tidak hidup dalam hutang. Kasihan juga kalau orang terdekat atau teman terus-terusan kita hutangi.

Uang jangan disimpan untuk diri sendiri, karena jika disimpan untuk diri sendiri uang tidak ada gunanya. Dari definisinya saja uang adalah alat tukar yang dapat diterima secara umum. Jadi uang kita akan menjadi berharga apabila dipergunakan untuk orang lain (umum). 
Bukan berarti melarang untuk menabung. Tidak… saya malah mendukung gerakan menabung.

Tapi setelah uang ditabung, jangan menjadi pelit dan kikir. Berbagilah dan saling tolong menolonglah dalam menanggung bebanmu, salah satunya dengan berbagi dari uang yang kita dapatkan. Jangan menjadi orang yang cinta uang, tapi jadilah orang yang cinta sesama dan cinta Tuhan, karena kalau kita cinta uang ujung-ujungnya adalah dosa.

sumber : http://mitramatre.wordpress.com/2007/11/12/hello-world/



Minggu, 03 Juni 2012

Hal Menghakimi


Diawali dengan insiden kurang sopan yang saya lakukan pada saat bercanda. Sambil tertawa terbahak-bahak saya secara refleks memegang kepala seorang teman sebut saja teman H. Tidak bermaksud untuk menghajar atau melakukan hal yang salah dengan kepala itu, tapi sekedar hanya bentuk respon atas tawa yang berlebihan dan ungkapan hubungan pertemanan yang dekat.

Teman F yang melihat hal itu langsung menegur saya di depan teman-teman yang lain yang saat itu sedang ramai berkumpul. Dia menegur dengan logat Sumateranya yang khas dan ditambah dengan sedikit bumbu nyolot dan culas (karena memang teman saya itu pembawaannya sedikit culas):

“Gak sopan kali pun megang-megang kepala orang. Emang kau mau kepalamu dipegang trus ditempeleng sama orang?”

Saya yang mendapat teguran, seketika tersinggung, karena cara dia menyampaikan benar-benar menghakimi saya sebagai orang paling bersalah di dunia saat itu. Merasa sebagai terpidana karena sudah menempeleng kepala orang (padahal saya sedang tidak menempeleng kepala orang lain loh). Dalam hitungan detik, hati saya membuat pembelaannya sendiri.

Loh, aku gak nempeleng kepala si  H kok. Lagian teman yang saya pegang kepalanya diam saja, tidak tersinggung. Kayak dia gak pernah melakukan hal itu saja?

Saya ingin mengeluarkan kata-kata pembelaan itu dengan cara yang lebih nyolot daripada teguran yang diberikan kepada saya. Tapi langsung saya terdiam, menahan dalam hati dan keluarlah kata-kata yang sedikit lebih lembut:
Gak kok, aku cuma becanda.

Kemudian ditimpali lagi oleh teman saya F dengan logat yang lebih culas dari sebelumnya :
Kan gak mesti kepalanya juga.

Saya berfikir, sudahlah tidak usah diteruskan. Mungkin maksud teman memang baik. Saya diingatkan untuk tidak salah dalam bercanda dan tidak macam-macam dengan kepala orang. Saya kemudian diam, sambil dongkol dalam hati. Masih tersinggung dengan cara tegurannya yang culas dan nyolot.

Sebulan kemudian, saya dan teman saya tadi bersama teman yang lain sedang jalan-jalan untuk rekreasi dari Dipati Ukur Bandung menuju Sari Ater. Kita naik mobil teman yang berasal dari Yogyakarta dan teman saya yang menyetir sendiri mobil tersebut.  Teman yang tadi menegur saya duduk tepat di belakang bangku supir. Sambil jalan, kita bercanda-canda di dalam mobil sambil saling mengejek, teman saya yang sedang nyetir juga ikut-ikutan. Hingga akhirnya candaan kita menyinggung perasaan si teman yang menegur saya. Teman saya itu tersinggung, langsung mendeplak dari belakang kepala teman saya yang sedang menyetir mobil tadi sambil mengeluarkan kata-kata yang culas dan nyolot juga.

Teman saya yang seding nyetir langsung marah : “Iya, gw kan cuma becanda sama lu. Jangan main teplak kepala dong. Gak sopan banget sih lu!!!”

Mungkin karena dia dari Yogyakarta yang masih kental dengan tata karma hingga jadi sangat tersinggung dengan perlakuan teman saya tadi. Seketika mobil menjadi diam. Karena memang nada teman saya itu marah luar biasa karena dia tersinggung sekali kepalanya diteplak.

Saya yang melihat hal itu langsung berkata dalam hati, “perasaan dulu dia yang negur saya untuk tidak bercanda dengan kepala orang. Eh ternyata dia juga seperti itu, malah lebih parah dari yang pernah saya lakukan. Dasar…. Itu sama saja dengan istilah: selumbar di mata orang lain keliatan, tetapi balok dalam mati sendiri tidak keliatan. Dia terlalu gampang menegur saya, sementara kelakukannya sendiri masih lebih salah dari yang saya lakukan. Seharusnya dia keluarkan dulu balok yang didalam matanya baru bisa melihat dengan jelas selumbar yang di dalam mata saya.
Begitulah yang terjadi. Teman saya menghakimi saya, eh ternyata kemudian dia dihakimi dengan penghakiman yang sama yang dia lakukan terhadap saya.
Lantas dalam hal ini, apakah saya yang menulis cerita dalam blog ini benar? Tidak…. Justru dengan tulisan ini sebenarnya saya juga sedang menghakimi teman saya sendiri. Menghakimi bahwa teman saya itu telah melakukan hal yang lebih salah dari apa yang saya lakukan.

Jadi, apa maksudnya saya menulis hal ini? Hahahaha.... Saya ingin menyampaikan agar kita jangan terlalu gampang menghakimi orang lain. Kalau teman ada yang salah, tegur dia dibawah 4 mata saja, jangan di depan umum, karena sama saja dengan menghakimi.
Perbaiki diri kita hari demi hari. Memperbaiki diri sama saja dengan “mengeluarkan balok dari dalam mata kita”. Sehingga kita bisa lebih jelas melihat selumbar di mata teman kita.

Mulai hari ini, yuk… kita sama-sama STOP MENGHAKIMI ORANG LAIN. Perbaiki dan nilai diri kita sendiri baru orang lain.
Mari saling mengingatkan (ingatkan saya juga bila mulut saya terlalu suka menghakimi orang lain)

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu



Selasa, 29 Mei 2012

D O S A


Bagaimana rasanya saat kita menggaruk bagian tubuh yang gatal? Pasti rasanya sangat tenang dan menyenangkan, seakan-akan rasa gatal yang sedari tadi bergerak-gerak dan menari di atas kulit kita dihusir jauh-jauh. 

Tapi coba kalau kita hentikan kegiatan menggaruk tersebut sebentar saja. Ada timbul rasa jengkel dan resah karena rasa gatal terus mengganggu. Akhirnya kita lanjut untuk menggaruk bagian tubuh yang gatal itu lagi..lagi..lagi… hingga terasa lega. Tanpa kita sadari kuku kita telah melukai bagian tubuh yang gatal tadi. Kita tidak sadar karena sedikit demi sedikit kelukaan itu sudah kebal bagi tubuh.  Tidak akan terasa sakit lukanya sampai akhirnya tersentuh air. Saat tersentuh air, air akan mengenai luka itu sehingga bagian yang kita garuk tadi mulai perih dan menusuk.

Itulah yang terjadi dengan manusia yang hidup dalam dosa. Dosa itu menari-nari dalam pikiran dan hati kita. Menggoda untuk diikuti. Sesekali masih bisa dielakkan, kita masih tenang dan tidak diusik oleh nafsu dosa. Sampai akhirnya kita tertarik untuk mencobanya.

 “Sepertinya akan lebih enak jika aku ikuti kedosaan itu. Toh cuma sekali saja, tidak mungkin diulang kedua kali.” Itu kata-kata kompromi yang selalu keluar dari diri kita saat pertama kali berbuat dosa.

Berbekal sedikit perasaan bersalah, kita lakukan dosa. Setelah dilakukan, perasaan bersalah makin besar, takut ketahuan, dan takut-takut yang lainnya. Tapi mulai diimbangi dengan kompromi yang timbul lagi dalam hati. “Ah.. gak apa-apa kok, kamu cuma melakukannya sekali, gak akan ada yang tahu. Besok janji tidak akan diulangi lagi.”

Ternyata setelah dilewati, memang benar tidak terjadi apa-apa, malah lebih lega. Masalah bisa sedikit terselesaikan. Ya kalau begitu, besok melakukan dosa lagi gak apa-apa. Lebih nikmat malah. Sedikit-sedikit mengambil uang perusahaan tidak ada yang tahu, toh untuk keperluan orang susah seperti saya juga, begitulah contoh kompromi dosa yang mungkin timbul. Atau mungkin: selingkuh sekali saja kan ga masalah, selama tidak menghamili perempuan saja.

Setahun, dua tahu, tiga tahun, tidak ada yang tahu. Sama seperti menggaruk tadi, sekali, dua kali, tiga kali digaruk tidak terasa sakitnya. 
Hati nurani sudah mengingatkan, tapi sering diabaikan karena sudah terbiasa dengan nikmatnya dosa. Tidak ada takut lagi kepada Tuhan. Sampai akhirnya, dosa itu terungkap dan diketahui orang lain barulah kita merasakan perih dan sakit. Menyesal mengapa melakukannya dulu, mengapa terlalu berlebihan melakukannya, dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Menyesal dan bertobat setelah keadaan menjadi lebih buruk. Bagus kalau bertobat, bagaimana bila tidak bertobat atau tidak ada waktu untuk bertobat? Hanya Tuhan yang bisa memberikan konsekuensinya.


Manusia tidak akan luput dari dosa. Tapi mulai bijaksanalah. Bila dosa itu sudah dilakukan dan hati nurani sudah mengingatkan, segera berhenti. Ambil jalan yang benar lagi. Karena dosa itu memang enak rasanya, melegakan, sesaat bisa menyelesaikan permasalahan, tapi efeknya akan menyakitkan di kemudian hari.
Sebelum terasa sakit, stop melakukan dosa yang berulang dari sekarang.

BERTOBATLAH SELAGI MASIH ADA WAKTU..... KARENA DOSA ITU NIKMAT UNTUK DILAKUKAN TUBUH, TAPI TIDAK BAIK UNTUK ROH.