Bagaimana
rasanya saat kita menggaruk bagian tubuh yang gatal? Pasti rasanya sangat
tenang dan menyenangkan, seakan-akan rasa gatal yang sedari tadi bergerak-gerak
dan menari di atas kulit kita dihusir jauh-jauh.
Tapi
coba kalau kita hentikan kegiatan menggaruk tersebut sebentar saja. Ada timbul
rasa jengkel dan resah karena rasa gatal terus mengganggu. Akhirnya kita lanjut
untuk menggaruk bagian tubuh yang gatal itu lagi..lagi..lagi… hingga terasa
lega. Tanpa kita sadari kuku kita telah melukai bagian tubuh yang gatal tadi.
Kita tidak sadar karena sedikit demi sedikit kelukaan itu sudah kebal bagi
tubuh. Tidak akan terasa sakit lukanya
sampai akhirnya tersentuh air. Saat tersentuh air, air akan mengenai luka itu
sehingga bagian yang kita garuk tadi mulai perih dan menusuk.
Itulah
yang terjadi dengan manusia yang hidup dalam dosa. Dosa itu menari-nari dalam
pikiran dan hati kita. Menggoda untuk diikuti. Sesekali masih bisa dielakkan, kita
masih tenang dan tidak diusik oleh nafsu dosa. Sampai akhirnya kita tertarik
untuk mencobanya.
“Sepertinya akan lebih enak jika aku ikuti
kedosaan itu. Toh cuma sekali saja, tidak mungkin diulang kedua kali.” Itu kata-kata
kompromi yang selalu keluar dari diri kita saat pertama kali berbuat dosa.
Berbekal
sedikit perasaan bersalah, kita lakukan dosa. Setelah dilakukan, perasaan
bersalah makin besar, takut ketahuan, dan takut-takut yang lainnya. Tapi mulai diimbangi dengan kompromi yang timbul lagi dalam
hati. “Ah.. gak apa-apa kok, kamu cuma melakukannya sekali, gak akan ada yang
tahu. Besok janji tidak akan diulangi lagi.”
Ternyata
setelah dilewati, memang benar tidak terjadi apa-apa, malah lebih lega. Masalah bisa sedikit
terselesaikan. Ya kalau begitu, besok melakukan dosa lagi gak apa-apa. Lebih nikmat
malah. Sedikit-sedikit mengambil uang perusahaan tidak ada yang tahu, toh untuk
keperluan orang susah seperti saya juga, begitulah contoh kompromi dosa yang
mungkin timbul. Atau mungkin: selingkuh sekali saja kan ga masalah, selama tidak menghamili perempuan saja.
Setahun,
dua tahu, tiga tahun, tidak ada yang tahu. Sama seperti menggaruk tadi, sekali,
dua kali, tiga kali digaruk tidak terasa sakitnya.
Hati nurani sudah
mengingatkan, tapi sering diabaikan karena sudah terbiasa dengan nikmatnya
dosa. Tidak ada takut lagi kepada Tuhan. Sampai akhirnya, dosa itu terungkap
dan diketahui orang lain barulah kita merasakan perih dan sakit. Menyesal mengapa
melakukannya dulu, mengapa terlalu berlebihan melakukannya, dan lain sebagainya
dan lain sebagainya. Menyesal dan bertobat setelah keadaan menjadi lebih buruk. Bagus kalau bertobat, bagaimana bila tidak bertobat atau tidak ada waktu untuk bertobat? Hanya Tuhan yang bisa memberikan konsekuensinya.
Manusia
tidak akan luput dari dosa. Tapi mulai bijaksanalah. Bila dosa itu sudah
dilakukan dan hati nurani sudah mengingatkan, segera berhenti. Ambil jalan yang
benar lagi. Karena dosa itu memang enak rasanya, melegakan, sesaat bisa menyelesaikan
permasalahan, tapi efeknya akan menyakitkan di kemudian hari.
Sebelum
terasa sakit, stop melakukan dosa yang berulang dari sekarang.
BERTOBATLAH SELAGI MASIH ADA WAKTU..... KARENA DOSA ITU NIKMAT UNTUK DILAKUKAN TUBUH, TAPI TIDAK BAIK UNTUK ROH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar