Halaman

Kamis, 16 Februari 2012

Membayar Nazar (Part 1)

Berawal dari mimpi dan cita-cita mendapat pekerjaan di perusahaan oil and gas milik negara dan keinginan mendapat rambut yang lebih bagus, saya secara gampangan mengucap satu nazar, dengan saksi adik saya sendiri.


kalau kakak lulus, kakak rela dibotakkin deh. Sekalian memperbaiki rambut. 
 Begitu saja kata-kata itu terlontar. Di dalam gereja, sewaktu pembacaan firman berlangsung. Dalam hati saya (yang kuingat sekarang), jika Tuhan mengijinkan saya lulus di perusahaan oil and gas itu,  Dia juga mengijinkan saya untuk mencukur rambut dan akan menumbuhkan rambut yang lebih bagus.


Itulah awal kejadian mengapa bisa ke cerita saya saat ini.Hingga mimpi itu pun terwujud.


Selang beberapa bulan setelah perkataan itu (saya lupa juga mana yang lebih dahulu terjadi), saya mengikuti medical check-up. Suatu tahapan yang harus dilalui sebelum lulus menjadi pegawai di perusahaan oil and gas.
Deg-degan campur dengan rasa takut muncul semua hari itu. Deg-degan bisa lulus tidak dan takut bagaimana kalau ada penyakit yang muncul yang aku ketahui setelah medical chek-up? Tapi semua harus dijalani, tidak ada pilihan lain.


Tahapan medical check-up nya panjang. Pertama-tama kita disuruh mengisi formulir, kemudian masuk ke lab untuk diambil darahnya, ke poli gigi, periksa toraks/paru, USG Perut, menampung urin, tes buta warna, penglihatan, pernapasan, pendengaran, cek umum oleh dokter, dan lari sejauh 1,6 km. Sewaktu cek umum oleh dokter, kita disuruh untuk membuka baju bagian atas seluruhnya, kemudian dokter akan melakukan cek. Tenang saja, perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki kok :D
Dokter mulai memeriksa, lutut, mulut dan tibalah dia memeriksa bagian penting, payudara. Dokter mulai meraba dan sepertinya dia merasakan benjolan di kedua payudara saya. "Kok ada benjolan, sakit ga mba?" tanya si mba Dokter. Saya jawab saja, "tidak". Deg-degan, detak jantung saya makin cepat, apakah itu gejala tumor?


Selesai periksa sana-sini, saya bertanya lagi : "Dok, emang benjolannya apa? Bahaya kah kira-kira?
"Kita rujuk kamu untuk cek lagi, ya. Supaya kamu lebih tenang," begitu jawab si dokter.
Deg-deg-deg... Jangan-jangan itu benar tumor. Tapi coba ku hilangkan dengan berpikiran positif.
Akhirnya tahapan itu selesai juga, dan ditutup dengan lari sejauh 1,6 km di Lapangan Banteng. Saya senang, tidak ada tanda-tanda akan dirujuk untuk check ulang, saya melewati persiapan lari dengan senyuman.
Hingga akhirnya tiba di Lapangan Banteng, saya mendapat shock terapy. Salah seorang petugas medis memanggil saya dan memberikan surat rujukan tepat sebelum saya lari.
Tulisannya : USG Mamae di bagian Radiologi RSPP.


Shock dan bagi saya saat itu, lari tidak perlu dilakukan. Perusahaan mana yang mau menerima orang yang menderita tumor.
Saya berusaha menahan tangis saat itu, malu dilihat peserta yang lain. Surat rujukan dimasukkan ke dalam tas, dan aba-aba untuk baris dan mulai lari sudah ada. Saya berusaha untuk berpikiran positif. Tidak semua benjolan berarti tumor, kalaupun iya saya masih punya Tuhan yang ajaib yang bisa menciptakan bumi, yang bisa menyembuhkan, masih ada harapan untuk sembuh dan mendapat mujizat besar meskipun itu hanya 10%. Tuhan itu ajaib, itulah yang saya pikirkan dan segera saya putuskan untuk ikut lari.


Sambil berlari saya juga menahan untuk tidak menangis, tidak menjadi orang yang cengeng. Tapi orang dalam kesedihan, bagaimanapun caranya sedikit airmata keluar juga. Satu putaran lapangan saya isi sambil menangis dan berbincang-bincang denganNYA.
"Aku gak kuat Tuhan. Aku hanya orang berdosa yang punya banyak salah, yang layak mendapat hukuman. Tapi apakah harus dihukum dengan penyakit dan tidak berhak bekerja di perusahaan yang bagus? Apakah ini yang terbaik buatku? Apapun itu, aku hanya percaya kalau Engkau punya rencana yang indah. Apapun hasil pemeriksaan besok, tolong Tuhan yang kuatkan orangtuaku yang menaruh harapannya pada ku."
(Setiap mengingat kejadian ini, saya masih sering menangis).
Untuk menghibur hati, saya berlari sambil menyanyi lagu Sekolah minggu : Ku menang..ku menang di dalam Yesus Tuhan, sambil berlari dan sambil menangis.
Laripun berhasil saya lewati dengan waktu yang bagus. Perjalanan pulang, saya masih menangis.




Untung ada seorang sahabat setia yang ada mendukung dan menghibur. Natalia Samosir namanya. Dengan adanya dia, saya bisa sedikit lebih tabah.


Pulang dari medical check-up saya kembali ke Depok dengan menggunakan KRL Jabodetabek. Di dalam kereta yang masih sunyi itupun saya masih menangis, sedikit ingin berontak kepada-NYA, tapi dalam hati terdalam hanya berkata :"siapa kamu mau berontak kepada Yang Maha Kuasa?"


Akhirnya dalam perjalanan kembali ke Depok, saya hanya bisa menangis terisak hingga tertidur. Hingga tidak peduli lagi dengan tatapan penumpang di dalam kereta itu. 
Hanya ingin diam dan menangis hingga lelah.




Perjalanan itupun berakhir di Stasiun Depok. Sampai di kosan pun saya hanya bisa menangis. Menangis hingga tertidur. Berharap hari ini dan vonis dokter itu tidak pernah ada. Berharap besok ada hal yang baik terjadi.




Pagi harinya, saya putuskan untuk secepat mungkin membuktikan kebenaran vonis dokter itu. Dan entah dapat penguatan dari mana, dalam hati saya tahu bahwa saya kuat untuk menghadapi apapun hari itu. 


Saya check-up ke RSPP sendiri. Selama chek-up, saya hanya berdoa dalam hati. "Tuhan, jikalau Engkau berkenan, tolong jauhkan penyakit ini dari saya. Atau jika ini memang harus terjadi, kuatkan saya."


Dokter memeriksanya sangat teliti. Hampir 45 menit saya diperiksanya. 


Hasilnya :


"Enggak ada Tumor, kok. Cuma pengaruh hormonal saja. Nanti hasil rontgen bisa kamu ambil di bagian depan ya. Kamu normal kok"


Dan saya hanya bisa bernyanyi riang sambil berkata : "Terima kasih Tuhan"


DIA sanggup ubah tangisan menjadi kebahagiaan hanya dalam hitungan jam...




Akhirnya setelah beberapa bulan selang medical chek-up tersebut, datanglah pengumuman yang menyatakan saya lulus tes dan diterima bekerja di perusahaan oil and gas itu. Sangat membahagiakan. 


Tahapan-tahapan yang berdarah-darah dan penuh airmata akhirnya memberikan kebahagiaan. Dream Comes True..


Bersamaan dengan kebahagiaan itu, ada babak baru yang harus dimulai. 
Saya harus botak...sesuai dengan janji saya di awal.


Tak mengapa. Saya harus setia dengan janji saya, sebagaimana DIA setia dengan janji-NYA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar