Awan hitam berjalan seiring tiupan angin
Dalam jalannya, dia tak sadar sudah menutup matahari.
Di bawah sana, dia tidak melihat 2 gadis kecil yg berharap.
Gadis satu berharap agar awan hitam jangan berjalan ke arah matahari dan menutupi sinarnya
Karena dia masih ingin bermain dibawah sinar matahari.
Gadis yg satu malah berharap agar awan hitam berjalan cepat ke arah matahari
Karena dia sudah tidak kuat dengan panasnya dan ingin bermain bersama keteduhan yang berujung menjatuhkan hujan.
Si awan hitam bingung memilih mana yg harus didengarnya.
Haruskah dia yang pergi?
Atau haruskah si matahari yg harusnya menurunkan temperaturnya sedikit saja?
Pilihan sulit bagi kedua bagian di semesta.
Kedua orang anak bingung melihat apa yang terjadi di atas.
Sesekali hari menjadi sangat panas dan sesekali menjadi sangat teduh.
Mereka sadar, sepertinya awan hitam dan matahari sedang berdebat untuk memilih
doa siapa yang harus dikabulkan. Pilihan itu harus adil, agar tidak ada yang marah.
Kemudian mereka teringat bahwa masih ada satu yang bisa membantu
untuk memilih yang adil bagi mereka.
Bukan kepada matahari,
bukan kepada awan,
tapi kepada Tuhan yang sudah mengatur semesta.
Karena Tuhan yang lebih tahu apa yang dibutuhkan kedua gadis itu.
Kedua gadis akhirnya berdoa:
Terjadilah menurut kehendakMu.
Karena aku masih bisa bermain dan tertawa dibawah teduhnya awan yang seakan-akan menjatuhkan hujan.
Karena aku masih bisa bermain dan tertawa dibawah teriknya matahari yang membakar kulit.
Lebih dari tawa dan permainanku itu, Kau ada besertaku memberikan yang terbaik bagiku.
Kedua gadis teringat perkataan Tuhan sebelumnya: Aku tidak menjanjikan matahari akan selalu bersinar cerah, atau hari akan selamanya mendung.
Aku menjanjikan bahwa dalam setiap hal Aku ada.
gambarnya lucu.....
BalasHapus