Halaman

Kamis, 15 Desember 2011

Close to death

Sadarkah kita bahwa sebenarnya kita hidup dan bergerak sangat dekat dengan kematian?
Menyeramkan memang untuk memikirkan kematian. Tapi itulah yang harus kita sadari dalam hati bahwa kita semua akan menuju kematian itu.

Setidaknya itulah yang sedang saya pikirkan di penghujung tahun ini. 
Pemikiran yang terlintas saat saya sedang berjalan pulang dari kantor yang jaraknya hanya 200 meter. Jaraknya sangat dekat tapi ada banyak rintangan yang bisa membuat saya seketika mati di tempat. Bukan untuk berpikir pesimis, tapi hanya mengingatkan bahwa ada banyak hal yang membuat kita begitu dekat dengan kematian.

Saya mulai rintangannya semenjak pertama kali saya akan keluar dari pintu ruangan saya.

Berjalan kira 10 meter dari tempat saya duduk, saya langsung berhadapan dengan tangga yang menuju ke lantai  satu. Tangga ini sangat aman karena dilengkapi dengan handrail di kanan-kirinya. Tapi apa yang terjadi jika saya terpeleset dan hilang keseimbangan? Jawabannya bisa beragam. Bisa saja saya terpelanting dengan posisi kepala yang menghantam siku tangga. Hantaman yang keras bisa membuat saya kehabisan darah dan akhirnya meninggal.

Rintangan berikutnya setelah tangga adalah : portal di dekat pintu pos satpam.
Setiap kali jalan di bawah portal ini (jika portalnya terangkat) saya sering berpikir bagaimana bila portal ini tanpa sengaja diturunkan oleh petugasnya karena tidak melihat orang yang lewat dibawahnya? Kecil kemungkinannya memang, tapi saya hanya berpikir saja bagaimana jika hal itu terjadi?
Saya menghayalkan diri saya sebagai orang yang terkena timpukkan portal itu.
Seketika saya bisa mati konyol.

Terlepas dari portal yang memiliki kemungkinan yang kecil untuk jatuh dan menimpa saya, masih ada tantangan lainnya yang bisa membuat saya sangat dekat dengan kematian.
Saya harus menyebrangi jalan raya dua jalur seluas kurang lebih 6 meter yang masing-masing terbagi dua yaitu 3 meter. Jalan raya ini sangat ramai dilintasi kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Saya tidak lengah sedikit saja, bisa jadi kendaraan roda dua yang melaju kencang siap menyapu saya dan membuat saya tidak sadarkan diri lagi.

Bukan hanya kendaraan yang jadi ancaman di sepanjang jalan itu. Masih ada pohon-pohon yang bisa sewaktu-waktu rubuh karena usianya yang sudah tua. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Jakarta.


Dan masih banyak hal sepele lainnya yang mungkin terlewatkan yang bisa saja membuat kita mati konyol saat itu juga.

Menulis tentang hal ini bukan berarti saya orangnya sangat pesimis dengan kehidupan dan melupakan Tuhan. Justru mau mengingatkan bahwa hidup kita bukanlah sesuatu yang kekal. Hidup kita hanya sementara yang bisa saja lenyap dikalahkan oleh hal-hal di sekitar kita.
Sehingga tidak ada alasan kita untuk bermegah di atas apa yang kita punya. Menyombongkan diri diantara yang lain, bahkan kadang kesombogan yang kita lakukan bisa menyakitkan hati orang lain.
Tidak ada yang lebih hebat di dunia ini. Semuanya berujung pada ketidakkekalan. Jadi tidak ada alasan pembenar apapun untuk kita bersombong.

Because our life so close to death, no time to live in conceited. There's no reason to proud in what we have, cause it'll vanish.

Bagi orang yang kuat bisa saja berkata : aku tidak mungkin mati hanya karena jatuh di tangga, soalnya aku punya tulang tengkorak yang sangat kuat. Tapi apakah dia bisa menahan hantaman yang keras dari kendaraan dengan kecepatan tinggi??

Memang ada banyak orang yang mengalami mukjijat, yang tidak meninggal meskipun ditabrak oleh Truk raksasa. Memang ada orang yang masih sehat meskipun terjatuh dari tangga yang tinggi. Tapi apakah mereka bisa mengelak dari hal-hal sepele lainnya yang bisa saja mengakibatkan kematian?

Tapi maksud saya menuliskan hal ini untuk mengingatkan betapa kecilnya kita, betapa rapuhnya kita, betapa kita hanya bagian terkecil yang bisa ada hari ini besok sudah menghilang seperti debu yang hari ini ada tapi besok sudah hilang ditiup angin. Tidak ada alasan untuk kita menyombongkan diri. Tidak ada satupun.

Dan ingat, dalam segala hal dalam segala hidupmu bawa Tuhan sebagai yang Maha Penjaga atas hidup kita yang rapuh ini. Agar setiap kali kita melangkah, kita dijaganya, dijauhkannya dari segala marabahaya, sehingga kita bisa menyelesaikan hidup yang dipercayakanNya dengan baik dan terhindar dari penderitaan.

Semoga yang sudah membaca tulisan saya tidak menjadi takut atau menjadi parno (kata anak-anak gaul), tetapi semakin menyadari arti hidup dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

*foto-foto diambil dari mesin pencari. Dengan tidak mencantumkan sumber tidak bermaksud mengurangi hak ciptanya, hanya saja tidak bisa saya cantumkan di samping foto. Terima kasih :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar