Halaman

Jumat, 20 Juni 2014

"Cinta itu Memang Buta"

Pernah dengar gombalan seperti begini :

Cewek  : (pake baju hitam)
Cowok  : hai cewek, kamu cantik deh pakai baju merah.
Cewek   : hhheee?? Saya kan pakai baju warna hitam. Buta warna ya (senyum nyengir)
Cowok  : ternyata benar cinta itu buta, ya. Aku sampai ga bisa membedakan warna baju kamu.
#cuit-cuit...............

Itulah sepenggalan gombalan cinta buta.

Memang cinta itu buta. Bebas logika. Yang diandalkan hanya perasaan saja. Makanya banyak orang yang jatuh karena cinta.. *asikk..

Tapi saya tidak akan membahas cinta buta menurut sastra atau istilah-istilah lain. Saya mau membahas tentang cinta buta menurut hukum.

Pasti tahu ya, kalau di Indonesia, kita memakai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau singkatnya disebut KUHPerdata.
Lantas apa hubungannya cinta dengan KUHPerdata? Menurut saya masih ada hubungannya sedikit.

Saya awali dengan umur yang diperbolehkan untuk menikah menurut KUHPer ya.

Dalam KUHPer diatur, bahwa untuk melakukan pernikahan seorang laki-laki harus berumur 18 (delapan belas) tahun dan seorang wanita berumur 15 (lima belas) tahun, pasal 29 KUHPerdata.

Umur yang relatif muda untuk menikah ya.

Namun di pasal lain dalam KUHPerdata disebutkan, orang dianggap dewasa atau cakap hukum adalah orang yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau yang sudah menikah.

Lantas mengapa satu aturan tersebut mengatur umur yang berbeda? Kenapa ga dibuat saja, untuk melakukan pernikahan seorang pria atau wanita harus berumur 21 tahun saja? Saat mereka dianggap dewasa menurut hukum. Toh pernikahan termasuk dalam peristiwa hukum.

Saya akan mencoba memberikan penjelasannya.

Kenapa KUHPerdata mengatur seorang dianggap dewasa atau cakap hukum saat berumur 21 tahun? Karena dianggap orang yang sudah berumur 21 tahun dapat membedakan resiko untung rugi. Pola pikirnya sudah lebih matang, sudah banyak hal yang dilalui, dan diharapkan tingkat pendidikannya juga sudah tinggi.
Dan berbicara mengenai hukum perdata, kebanyakan adalah mengenai untung dan rugi saja.
Selain itu bicara bisnis juga adalah bicara mengenai untung rugi. Sehingga, Hukum perdata menganggap orang yang sudah berumur 21 tahun sudah matang pemikirannya jadi dapat membuat keputusan tentang untung dan rugi dan sudah memahami hukum itu sendiri.
Sepertinya itulah alasan dewasa menurut Perdata harus berumur 21 tahun.

Lalu mengapa menikah hanya perlu umur 18 tahun untuk laki-laki dan 15 tahun untuk wanita?
Karena menikah tidak melihat untung dan rugi tapi hanya didasarkan pada perasaan. Perasaan yang namanya cinta. Yang terjadi dikarenakan reaksi hormonal dalam tubuh.
Karena itulah orang menganggap bahwa cinta itu buta. Buta untuk membedakan untung dan rugi. Sehingga cukuplah kalau mau menikah (asal sudah akhil baliq) dengan batasan umur 18 tahun untuk laki-laki dan 15 tahun untuk wanita.

Memang cinta itu buta..
 

Rabu, 11 Juni 2014

Tertawa bersama Tuhan

Tuhan itu punya selera humor...

Bahkan untuk kita yang sedang punya masalah


Saya berkesimpulan seperti ini dikarenakan beberapa masalah yang akhir-akhir ini yang sedang rajin-rajinnya datang. Mulai dari keadaan adik saya yang dua kali kemalingan dan kehilangan laptop, saya yang dikecewakan seseorang (bagian tersedih), tugas kuliah yang acak kadul, masalah rumah di bekasi yang ga selesai-selesai dan masih banyak lagi :(

Bukan saya saja yang sedang menghadapi banyak permasalahan, beberapa teman juga ikut berbagi keluh kesah masalahnya masing-masing. Lah.. saya butuh penguatan dari mereka, mereka malah butuh penguatan dari saya.
Jadilah orang lemah menguatkan yang lemah juga.

2 bulan semuanya berasa up and down. Berusaha bangkit tapi akhirnya jatuh lagi.
Saya tidak tahu apa yang bisa menguatkan saya disituasi sulit.
Sampai akhirnya saya berkaca ke permasalahan masa lalu, mencari penguatan dan yakin bahwa di masa lalu Tuhan masih menolong dan untuk masa sekarang Tuhan juga tetap menolong.
Permasalahan yang menurut saya berat untuk saat itu.

Waktu saya ikut medical check-up sebagai syarat lulus di salah satu perusahaan dan disuruh med-check ulang untuk melakukan mamografi diduga ada benjolan yang dikhawatirkan tumor.
Saat itu rasanya sedih ga karuan. Sudah berharap mati saja. Karena kalau terbukti ada tumor di payudara, berarti saya ga lulus di perusahaan tersebut dan divonis menderita tumor adalah hal yang berat.
Semalaman saya menangis dan berdoa berharap ada mujizat terjadi.
Dan saat itulah saya benar-benar berserah sepenuhnya kepada Tuhan.
Tapi saya sempat bimbang juga. Bagaimana seandainya saya memang sakit? Bagaimana kalau saya tidak lulus? Bagaimana kalau Tuhan bilang tidak atas permohonan saya?
Sampai disatu titik, saya pasrah dan berserah sepenuhnya.
Dan sampailah pada kesimpulan saya :

"Tuhan itu memang tahu yang terbaik buat kita, ciptaanNya. Kalau memang saya saat ini harus sakit, pasti Tuhan tahu kalau saya kuat untuk menanggungnya dan Dia sudah menyiapkan jalan keluar terbaik. Dia adalah Tuhan yang menyediakan apa yang perlu untuk ciptaanNya.
Atau Tuhan benar-benar berkuasa dan dia bisa menyembuhkan dan bahkan meluluskan saya."

Waktu itu saya check up ulang dan mengikuti mamografi yang disarankan.
Saya hanya bisa berdoa saja, berharap yang terbaik dari Tuhan.

Selesai pemeriksaan, dokter memberikan hasilnya dan Puji Tuhan dokternya bilang kalau saya sehat, tidak ada tanda-tanda penyakit atau benjolan yang berujung tumor. Itu hanya reaksi hormon yang biasa terjadi untuk beberapa wanita.

Dan hingga hari ini, semua sehat.
Bahkan saya sudah medical check up tahunan juga tidak ada tanda-tanda tumor sama sekali.
Puji Tuhan masih dikasih sehat dan saya lulus di perusahaan itu
Mujizat itu masih ada.

Saya lega dan bisa tertawa. Saya hanya bergumam dalam doa, "Tuhan, Kamu lucu :) "
Atau bisa dibilang jahil.
Tapi saya bisa melewatinya dan bisa berkata : Terima kasih, Tuhan untuk selalu ada memberikan yang terbaik.

Dan saat ini juga, saat semua masalah berat terjadi, saya berkaca dikejadian saat itu.
Saya bisa melewatinya bersama Tuhan dan akan menyelesaikannya dengan senyuman.
Menganggap semua masalah hanya sebagai lelucon saja.
Karena Tuhan memang punya selera humor.


"Ketika Tuhan memberi kita rasa sakit, Dia tahu kita mampu untuk kuat.
Ketika Tuhan memberi kita rasa sedih, Dia menyiapkan kita untuk rasa bahagia.
Ketika Tuhan memberi kita rasa marah, Dia sedang melatih kita lebih sabar.
Ah.. Tuhan, cara Mu memang unik namun selalu menenagkan."
- Fu & Canun-