Bersama Senja yang saya maksud bukanlah saya sedang bersama Senja Hari Christopher teman kuliah saya dulu (benar loh namanya Senja Hari Christopher, kalau gak percaya cek aja di FB Saya :p)
Bersama Senja, adalah hal yang saya lakukan tiap hari pada saat jam pulang kantor tiba. Saat bersama senja, saya sering berbicara dengan diri saya sendiri, dan senja selalu setia menemani. Sebenarnya ada keinginan untuk cepat sampai di kosan, tidak perlu menghabiskan waktu bersama Senja. Saya bisa tidur cepat, beristirahat dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjuangan besok. Tapi, berhubung tempat tinggal yang jauh, daripada lama di jalan karena macet, lebih baik saya menghabiskan sore menjelang malam bersama senja, sambil bercerita. Saya bisa menceritakan hal apa saja, sama seperti hal yang saya ceritakan kepada Tuhan.
Saya lebih senang pulang setelah senja pergi, dan memilih melihat senja dari jendela.Setiap hari saya merasa bahwa ada hal yang harus saya ceritakan kepada senja.
Di hari libur, saya lebih senang berjalan bersama senja. Menghabiskan sore dan menunggu datangnya malam dengan duduk-duduk, sambil melihat bagaimana yang namanya senja datang dan digantikan malam.
Sempat saya berpikir, apa sebenarnya jenis kelamin atau rupa dari senja, hingga dia mampu membuatku menghipnotisku dan begitu mengaguminya.
Bagiku senja itu seperti ibu, Yang mampu memberi kehangatan saat semua serasa penat.
Senja itu seperti seorang teman, yang ada memberikan warna yang indah dalam hidupku.
Senja itu seperti seorang kekasih, yang mampu memberikan perasaan cinta seperti api yang membakar.
Senja itu seperti seorang yang sudah tua, yang mengingatkan kita bahwa hidup ini tidaklah panjang. Sama seperti senja yang digantikan malam, maka hidup kita yang sudah tua pasti akan digantikan dengan kematian. Tapi, senja mampu memberikan kekuatan bagiku untuk tidak takut menghadapi malam.
Apapun itu, melihat senja, dengan pendar-pendar warna oranye yang dibawanya membuat saya tenang.
Rasanya seperti ada api yang membakar, tapi tidak sepanas api, dan dibalik bakaran api itu dia memberikan cahaya yang indah dan unik sekali. Ada ketenangan yang dibawanya, yang membuatku merasa lepas dari semua kelelahan dan penat yang ada.
Warna oranyenya juga seperti seolah-olah memberi kekuatan bagiku agar aku kuat menghadapi malam. Bahwa warna orannye tidak akan berhenti, akan dilanjutkan oleh bulan.
Aku pernah bertanya kepada senja :"Takutkah kamu saat keindahan warna oranyemu harus hilang karena ditutupi gelapnya malam?"
Namun dia menjawab : "Untuk itulah aku ada. Untuk menunjukkan bahwa sungguh gelap itu ada dan terang itu ada."
Aku bertanya lagi kepada senja:"Panaskah warna oranye mu itu? Karna aku melihatnya seperti api, tapi aku merasa hangat."
Dan senja pun menjawab lagi : "Untuk itulah aku ada. Panas itu akan ku tahan sendiri, agar kau bisa merasakan hangatnya pengorbananku."
Sekali lagi aku bertanya kepada senja:"Apakah kau orang yang sama, yang memberikan warna yang hangat di pagi hari juga?
Dan dengan tersenyum senjapun menjawab:"Aku sama. Hanya saja namaku berbeda dan waktuku untuk menyatakan diripun berbeda. Dan kamu terlalu sulit untuk bertemu aku di pagi hari. Karna kamu memilih untuk tidur. Tapi, aku sama tetap memberikan hangat, cinta dan kekuatan bagimu."
Senja sebagai bentuk transisi alam, suatu momentum yang indah, sama seperti Pagi. Suatu waktu dimana matahari ingin menujukkan bahwa dia bertindak adil. Membuat senja, agar saat matahari pergi dan menyisakan malam yang gelap, orang-orang seperti saya tidak takut. Dia pergi dari belahan bumi ke belahan bumi yang lain, agar semua orang dapat merasakan indahnya.
Senja juga suatu waktu dimana orang disadarkan agar dapat melepaskan kelelahannya bersama malam, dan percaya bahwa ada kekuatan yang diberikan sehingga kita mampu melewati malam.
dan ternyata senja sudah hilang,berganti malam.
Besok aku menunggu senjaku datang lagi.
Dan berbicara tentang hal yang lain, bertanya tentang hal yang bisa dia lihat, namun aku tidak.
Senin, 28 Maret 2011
Jumat, 04 Maret 2011
My First Java Jazz ^_^
Siapa yang sangka, keinginan yang sudah lama ada akhirnya terwujud juga...
Gak sangka..sangka..sore ini dapat free pass java jazz ^_^
Hore..hore...hore...
Siapa yang sangka, keinginan yang sudah lama ada akhirnya terwujud juga...
Gak nyangka..sore ini dapat free pass java jazz ^_^
Hore..hore...hore...
Ceritanya sore itu saya lagi suntuk berat. Hari Jumat, tapi masih ada aja yang harus dikerjain. Kirain bisa santai, ternyata harus mengurus akta notaris pendirian salah satu perusahaan si bos. Harus pergi ke Menara Imperium untuk meminta tandatangan dari salah seorang pemegang saham.
Melewati sepanjang jalan setia budi cukup membuat saya stress karena macet luar biasa dan hujan deras pula.
Sepulang dari menara Imperium, yang ada dalam pikiran saya cuma sampai kantor, buru-buru ambil laptop yang masih dibiarkan di ruangan dan segera pulang ke kosan. Saya pulang menuju kantor dengan menggunakan si "Taksi Biru". Si "Taksi Biru" disepanjang jalan memutar radio dengan infonya tentang pelaksanaan Java Jazz di Kemayoran.
Saya sebagai penggemar musik jazz tiba-tiba merasa harus ikut ke acara Java Jazz. Sambil mempunyai angan-angan ke acara itu, saya mulai melakukan kalkulasi di kepala saya tentang uang saya yang mencukupi atau tidak untuk membeli tiket java jazz. Dan hasil kalkulasinya menyatakan bahwa : uang saya tidak cukup banyak untuk membeli tiket java jazz yang berkisar antara 300-500 ribu rupiah mengingat uang saya sudah ada bagian khususnya dan untuk java jazz tidak ada dalam bagian tabungan saya.
Dengan berbesar hati, saya tekadkan bahwa tahun ini belum waktunya untuk melihat java jazz. Mungkin tahun depan atau tahun depannya lagi dengan perencanaan keuangan bahwa java jazz akan saya masukkan sebagai target yang harus saya dapatkan.
Tiba-tiba saya dapat sms dari teman kantor saya, teman debat saya, teman saya berbagi keluh kesah di kantor dan teman yang menjengkelkan juga. Isi smsnya : "lu di mana? mau tiket java jazz gak?"
Java Jazz itu kepada saya. Senangnya....
Tiket Java Jazz yang saya dapat untuk hari Minggu tanggal 6 Maret 2011.
Menyenangkan... Pengalaman tidak terlupakan.
Bahkan saya bisa masuk untuk melihat pertunjukkan George Benson. Bisa nonton George Benson berkat Vera dkk sebagai EO dari Kementerian Budaya dan Pariwisata di acara Java Jazz. Senangnya ^_^
NB : Terima kasih buat teman kantorku yang baik hati, yang pintar dan yang suka jahil juga...
Gak sangka..sangka..sore ini dapat free pass java jazz ^_^
Hore..hore...hore...
Siapa yang sangka, keinginan yang sudah lama ada akhirnya terwujud juga...
Gak nyangka..sore ini dapat free pass java jazz ^_^
Hore..hore...hore...
Ceritanya sore itu saya lagi suntuk berat. Hari Jumat, tapi masih ada aja yang harus dikerjain. Kirain bisa santai, ternyata harus mengurus akta notaris pendirian salah satu perusahaan si bos. Harus pergi ke Menara Imperium untuk meminta tandatangan dari salah seorang pemegang saham.
Melewati sepanjang jalan setia budi cukup membuat saya stress karena macet luar biasa dan hujan deras pula.
Sepulang dari menara Imperium, yang ada dalam pikiran saya cuma sampai kantor, buru-buru ambil laptop yang masih dibiarkan di ruangan dan segera pulang ke kosan. Saya pulang menuju kantor dengan menggunakan si "Taksi Biru". Si "Taksi Biru" disepanjang jalan memutar radio dengan infonya tentang pelaksanaan Java Jazz di Kemayoran.
Saya sebagai penggemar musik jazz tiba-tiba merasa harus ikut ke acara Java Jazz. Sambil mempunyai angan-angan ke acara itu, saya mulai melakukan kalkulasi di kepala saya tentang uang saya yang mencukupi atau tidak untuk membeli tiket java jazz. Dan hasil kalkulasinya menyatakan bahwa : uang saya tidak cukup banyak untuk membeli tiket java jazz yang berkisar antara 300-500 ribu rupiah mengingat uang saya sudah ada bagian khususnya dan untuk java jazz tidak ada dalam bagian tabungan saya.
Dengan berbesar hati, saya tekadkan bahwa tahun ini belum waktunya untuk melihat java jazz. Mungkin tahun depan atau tahun depannya lagi dengan perencanaan keuangan bahwa java jazz akan saya masukkan sebagai target yang harus saya dapatkan.
Tiba-tiba saya dapat sms dari teman kantor saya, teman debat saya, teman saya berbagi keluh kesah di kantor dan teman yang menjengkelkan juga. Isi smsnya : "lu di mana? mau tiket java jazz gak?"
Kayak mendapat durian runtuh, dalam hati saya senang bukan main. Tapi tunggu dulu, teman saya itu rada iseng orangnya. Jadi berita itu belum tentu benar. Harus memberikan jawaban sms yang bijak. Dan saya membalas sms teman kantor saya itu : "mau banget.. gratisan atau bayar nih? kalau gratisan syaratnya apa? kl bayar berapa?? awas lu kl bohong ya..." -- send---
Setelah mengirimkan sms, sepersekian menit kemudian saya mendapat telepon dari teman saya itu.
"Halo... (saya nyerocos, langsung menanyakan tiket java jazz sebelum dia sempat menyampaikan 1,2 kata).
Lu benaran mau kasih tiket java jazz? "
"Iya beneran. Lu di mana sih? Gw ada rapat lagi nih ama bos. Biar gw kasih nih tiket buat lu."
"Gratis, gak?" ujar saya minta kepastian.
"Gratis. Tadi dikasih ama orang Medco. Tapi buat hari minggu doang, von.
Gw tungguin ya, 15 menit lagi harus udah nyampe kantor. Kalo enggak, besok udah sabtu, berarti tiketnya buat gw aja, ya. Cepatan ya!!! ujar teman saya memberi penekanan.
"O.K" ^_^
Sampai di depan kantor, saya langsung mencari teman saya itu. Ternyata benar, dia mau pergi sama si bos karena ada rapat lagi. Untung kita berpapasan di depan gerbang kantor. Dan dia langsung memberikan tiket
Java Jazz itu kepada saya. Senangnya....
Tiket Java Jazz yang saya dapat untuk hari Minggu tanggal 6 Maret 2011.
Menyenangkan... Pengalaman tidak terlupakan.
Bahkan saya bisa masuk untuk melihat pertunjukkan George Benson. Bisa nonton George Benson berkat Vera dkk sebagai EO dari Kementerian Budaya dan Pariwisata di acara Java Jazz. Senangnya ^_^
NB : Terima kasih buat teman kantorku yang baik hati, yang pintar dan yang suka jahil juga...
Langganan:
Postingan (Atom)